Korban Erupsi Gunung Lewotobi di NTT Alami Luka Parah, Kaki Putus dan Dirawat Intensif

Peristiwa106 Dilihat

Jakarta, Rakyat45.com – Seorang korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami luka kritis dengan kondisi salah satu kaki putus dan kini menjalani perawatan intensif di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka. Korban, yang diketahui bernama Afonsus, warga Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, tengah mendapatkan perawatan medis setelah dievakuasi oleh tim gabungan, Senin (4/11).

“Kondisinya kritis, kakinya putus akibat terkena dampak erupsi,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Flores Timur, Fredynandus M. Moat Aeng, dalam sesi daring.

Teropong Bencana yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan diikuti dari Jakarta pada Rabu (6/11).

Data Pusdalops BPBD Flores Timur menunjukkan, selain Afonsus, erupsi ini menyebabkan 31 orang mengalami luka berat dan 32 orang luka ringan. Para korban ini sedang menjalani perawatan di RSUD dr. Hendrikus Fernandez, Puskesmas Boru, dan Puskesmas Lewolaga.

Kepala BNPB, Suharyanto, bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Flores Timur dijadwalkan mengunjungi korban yang sedang dirawat di puskesmas dan rumah sakit untuk memastikan mereka mendapatkan penanganan medis terbaik.

Pihak BNPB dan pemerintah daerah terus berkoordinasi untuk mengoptimalkan bantuan serta pemulihan kondisi korban erupsi.

Erupsi yang masih berlangsung hingga sore ini memaksa tim gabungan untuk bersiaga penuh di lapangan, melakukan evakuasi warga, dan memastikan keselamatan penduduk yang terdampak.

Sebanyak 4.436 warga kini mengungsi di beberapa titik, termasuk tenda dan bangunan di Kecamatan Ile Bura, Titehena, Wulanggitang, serta beberapa lokasi di Kewante dan Talibura, Kabupaten Sikka.

Para pengungsi ini berasal dari 14 desa di tiga kecamatan yang berada dalam zona terdampak, dengan jumlah total penduduk terdampak mencapai 10.295 orang.

Selain itu, sembilan korban meninggal dunia akibat erupsi ini telah berhasil dievakuasi oleh tim petugas gabungan dan diserahkan kepada keluarga masing-masing.

Fredynandus juga mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan mengikuti rekomendasi dari Badan Geologi dan BNPB, terutama terkait larangan memasuki zona bahaya dalam radius tujuh kilometer dari puncak gunung.

“Kami berharap warga mematuhi arahan agar tidak memasuki daerah berbahaya, demi keselamatan bersama,” tambahnya.

Petugas dan sukarelawan di lapangan bekerja tanpa henti untuk menyalurkan bantuan logistik, kesehatan, serta memastikan kebutuhan pengungsi tercukupi selama masa darurat bencana ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *